Intoleransi Makanan
No. ICPC-2 : D29 Digestive syndrome/complaint other No. ICD-10 : K90.4 Malabsorption due to intolerance Tingkat Kemampuan 4A
Masalah Kesehatan
Intoleransi makanan adalah gejala-gejala yang terjadi akibat reaksi tubuh terhadap makanan tertentu. Intoleransi bukan merupakan alergi makanan. Hal ini terjadi akibatkekurangan enzim yang diperlukan untuk mencerna makanan tertentu. Intoleransi terhadap laktosa gula susu, penyedap Monosodium Glutamat (MSG), atau terhadap antihistamin yang ditemukan di keju lama, anggur, bir,dan daging olahan. Gejala intoleransi makanan kadang-kadang mirip dengan gejala yang ditemukan pada alergi makanan.
Hasil Anamnesis
Gejala-gejala yang mungkin terjadi adalah tenggorokan terasa gatal, nyeri perut, perut kembung, diare, mual, muntah, atau dapat disertai kram perut.
Faktor predisposisi
Makanan yang sering menyebabkan intoleransi, seperti:
a. Terigu dan gandum lainnya yang mengandung gluten
b. Protein susu sapi
c. Hasil olahan jagung
d. MSG
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan abdomen, bising usus meningkat dan mungkin terdapat tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan Penunjang : -
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis Banding
Pankreatitis, Penyakit Chrons pada illeum terminalis, Sprue Celiac, Penyakit whipple, Amiloidosis, Defisiensi laktase, Sindrom Zollinger- Ellison, Gangguan paska gasterektomi, reseksi usus halus atau kolon
Komplikasi Dehidrasi
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan dapat berupa
a. Pembatasan nutrisi tertentu
b. Suplemen vitamin dan mineral
c. Suplemen enzim pencernaan Rencana Tindak Lanjut
Setelah gejala menghilang, makanan yang dicurigai diberikan kembali untuk melihat reaksi yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh penyebab intoleransi.
Konseling dan Edukasi
Memberi edukasi ke keluarga untuk ikut membantu dalam hal pembatasan nutrisi tertentu pada pasien dan mengamati keadaaan pasien selama pengobatan.
Kriteria Rujukan
Perlu dilakukan konsultasi ke layanan sekunder bila keluhan tidak menghilang walaupun tanpa terpapar.
Peralatan Laboratorium rutin
Prognosis
Pada umumnya, prognosis tidak mengancam jiwa, namun fungsionam dan sanasionamnya adalah dubia ad bonam karena tergantung pada paparan terhadap makanan penyebab.
Referensi
Syam, Ari Fachrial. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke
4. Jakarta: FK UI. 2006. Hal 312-3. (Sudoyo, et al., 2006).
No comments:
Post a Comment