Lupus Eritematosus Sistemik
No. ICPC-2 : L99 Systemic Lupus Erythematosus No. ICD-10 : M32 Systemic Lupus Erythematosus Tingkat Kemampuan 3A
Masalah Kesehatan
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) telah menjadi salah satu penyakit reumatik utama di dunia dalam 30 tahun terakhir. Prevalensi LES di berbagai negara sangat bervariasi antara 2,9/100.000-400/100.000 dan terutama menyerang wanita usia reproduktif yaitu 15-40 tahun. Rasio wanita dibandingkan pria berkisar antara (5,5-9):1. Berdasarkan penelitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta antara tahun 1988-1990 insidensi rata-rata adalah 37,7 per 10.000 perawatan.
Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan
Manifestasi klinis LES sangat beragam dan seringkali tidak terjadi saat bersamaan. Keluhan awal dapat berupa:
a. Kelelahan
b. Nyeri sendi yang berpindah-pindah
c. Rambut rontok
d. Ruam pada wajah
e. Sakit kepala
f. Demam
g. Ruam kulit setelah terpapar sinar matahari
h. Gangguan kesadaran
i. Sesak
j. Edema anasarka
Keluhan-keluhan tersebut akhirnya akan berkembang sesuai manifestasi organ yang terlibat pada LES.
Faktor Risiko
Pasien dengan gejala klinis yang mendukung dan memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit autoimun meningkatkan kecurigaan adanya LES.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik
Hampir seluruh sistem organ dapat terlibat dalam LES. Manifestasi yang umum didapatkan antara lain:
a. Gejala konstitusional, misalnya: kelelahan, demam (biasanya tidak disertai menggigil), penurunan berat badan, rambut rontok, bengkak, dan sakit kepala.
b. Manifestasi muskuloskeletal dijumpai lebih dari 90%, misalnya: mialgia, artralgia atau artritis (tanpa bukti jelas inflamasi sendi).
c. Manifestasi mukokutaneus, misalnya ruam malar/ruam kupu- kupu, fotosensitifitas, alopecia, dan ruam diskoid.
d. Manifestasi paru, misalnya pneumonitis (sesak, batuk kering, ronkhi di basal), emboli paru, hipertensi pulmonum, dan efusi pleura.
e. Manifestasi kardiologi, misalnya Pleuropericardial friction rubs, takipneu, murmur sistolik, gambaran perikarditis, miokarditis dan penyakit jantung koroner.
f. Manifestasi renal dijumpai pada 40-75% penderita setelah 5 tahun menderita lupus, misalnya hipertensi, hematuria, edema perifer, dan edema anasarka.
g. Manifestasi gastrointestinal umumnya merupakan keterlibatan berbagai organ dan akibat pengobatan, misalnya mual, dispepsia, nyeri perut, dan disfagi.
h. Manifestasi neuropsikiatrik misalnya kejang dan psikosis.
i. Manifestasi hematologi, misalnya leukopeni, lymphopenia, anemia atau trombositopenia.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan DPL (darah perifer lengkap) dengan hitung diferensial dapat menunjukkan leukopeni, trombositopeni, dan anemia.
2) Pemeriksaan serum kreatinin menunjukkan peningkatan serum kreatinin.
3) Urinalisis menunjukkan adanya eritrosit dan proteinuria.
b. Radiologi
X-ray Thoraks dapat menunjukkan adanya efusi pleura.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis LES dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium. Berdasarkan American College of Rheumatology (ACR) tahun 1997, LES dapat ditegakkan bila didapatkan 4 dari 11 kriteria yang terjadi secara bersamaan atau dengan tenggang waktu.
Tabel. 2.4 Kriteria Diagnosis LES berdasarkan American College of Rheumatology
Kriteria |
Batasan |
Ruam malar |
Eritema menetap, datar atau menonjol, pada malar eminence dan lipat nasolabial. |
Ruam diskoid |
Bercak eritema menonjol dengan gambaran LES keratotik dan sumbatan folikular. Pada LES lanjut
dapat ditemukan parut atrofik. |
Fotosensitifitas |
Ruam kulit yang
diakibatkan reaksi abnormal terhadap sinar matahari, baik dari anamnesis pasien atau yang
dilihat oleh dokter pemeriksa. |
Ulkus mulut |
Ulkus mulut atau
orofaring, umumnya tidak
nyeri dan dilihat oleh dokter pemeriksa. |
Artritis non-erosif |
Melibatkan dua atau
lebih
sendi
perifer,
ditandai
oleh
rasa nyeri, bengkak dan efusi. |
Pleuritis atau perikarditis |
a.
Pleuritis-riwayat nyeri
pleuritik atau pleuritic friction rub yang didengar oleh dokter
pemeriksa atau bukti efusi pleura atau b.
Perikarditis-bukti rekaman EKG atau pleuritic friction rub yang didengar oleh dokter
pemeriksa atau bukti
efusi perikardial. |
Kriteria |
Batasan |
Gangguan renal |
a. Protein
urin menetap >0,5
gram per hari atau >3+
atau b. Cetakan
selular- dapat eritrosit, hemoglobin, granular, tubular atau gabungan. |
Gangguan neurologi |
a.
Kejang- tanpa
disebabkan obat-obatan atau gangguan metabolik, misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit atau b. Psikosis-tanpa disebabkan obat-obatan atau gangguan metabolik, misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan elektrolit. |
Gangguan
hematologic |
a. Anemia
hemolitik dengan retikulosis atau b. Leukopenia- <4.000/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau c. Limfopenia- <1.500/mm3 pada dua kali pemeriksaan atau d. Trombositopenia- <100.000/mm3 tanpa disebabkan obat-
obatan. |
Gangguan
imunologik |
a.
Anti-DNA: antibodi terhadap native DNA dengan
titer yang abnormal atau b. Anti-Sm:
terdapatnya antibodi terhadap antigen nuklear Sm atau c. Temuan
positif terhadap antibodi antifosfolipid yang didasarkan atas: 1) kadar
serum antibodi antikardiolipin abnormal baik IgG atau IgM, 2) Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metoda
standar, atau 3) hasil tes positif
palsu paling tidak selama 6 bulan dan dikonfirmasi dengan tes imobilisasi Treponema pallidum atau tes fluoresensi absorbsi antibodi treponemal. |
Antibodi antinuklear positif (ANA) |
Titer positif
dari antibodi antinuklear berdasarkan pemeriksaan imunofluoresensi atau pemeriksaan setingkat pada setiap kurun
waktu perjalanan penyakit tanpa keterlibatan obat. |
Diagnosis Banding
a. Mixed connective tissue disease
b. Sindrom vaskulitis Komplikasi
a. Anemia hemolitik
b. Trombosis
c. Lupus serebral
d. Nefritis lupus
e. Infeksi sekunder
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berupa terapi konservatif
Pemberian analgetik sederhana atau obat antiinflamasi non steroid, misalnya parasetamol 3-4 x 500-1000 mg, atau ibuprofen 400-800 mg 3-4 kali perhari, natrium diklofenak 2-3 x 25-50 mg/hari pada keluhan artritis, artralgia dan mialgia.
Rencana Tindak Lanjut
a. Segera dirujuk ke layanan sekunder untuk penegakan diagnosis pasti kecuali pada lupus berat misalnya yang mengancam nyawa dapat dirujuk ke layanan tersier terdekat.
b. Pemeriksaan laboratorium dan follow-up secara berkelanjutan diperlukan untuk memonitor respon atau efek samping terapi serta keterlibatan organ baru.
c. Keterlibatan berbagai organ pada LES memerlukan penanganan dari berbagai bidang misalnya spesialis reumatologi, neurologi, nefrologi, pulmonologi, kardiologi, dermatologi, serta hematologi.
Konseling dan Edukasi
Konseling dan edukasi diberikan oleh dokter setelah menerima rujukan balik dari layanan sekunder
a. Intervensi psikososial dan penyuluhan langsung pada pasien dan keluarganya.
b. Menyarankan pasien untuk bergabung dalam kelompok penyandang lupus
c. Pasien disarankan untuk tidak terlalu banyak terpapar sinar matahari dan selalu menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang serta menggunakan payung.
d. Pemantauan dan penjelasan mengenai efek penggunaan steroid jangka panjang terhadap pasien.
e. Pasien diberi edukasi agar berobat teratur dan bila ada keluhan baru untuk segera berobat.
Kriteria Rujukan
a. Setiap pasien yang di diagnosis sebagai LES atau curiga LES harus dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis anak untuk memastikan diagnosis
b. Pada pasien LES manifestasi berat atau mengancam nyawa perlu segera dirujuk ke pelayanan kesehatan tersier bila memungkinkan.
Peralatan
a. Laboratorium untuk pemeriksaan DPL, urinalisis, dan fungsi ginjal
b. Radiologi: X-ray Thoraks
Prognosis
Prognosis pasien LES sangat bervariasi bergantung pada keterlibatan organnya. Sekitar 25% pasien dapat mengalami remisi selama beberapa tahun, tetapi hal ini jarang menetap. Prognosis buruk (50% mortalitas dalam 10 tahun) terutama berkaitan dengan keterlibatan ginjal. Penyebab utama mortalitas umumnya gagal ginjal, infeksi, serta tromboemboli.
Referensi
a. Rani AA, Soegondo S, Nasir AUZ, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A (ed). Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. Jakarta. 2008. hlm 127-128. (Rani, et al., 2008)
b. Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, Setiyohadi B. Lupus Eritematosus Sistemik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI. Jakarta. 2006. (Sudoyo, et al., 2006)
c. Longmore M, Wilkinson I, Turmezei T, Cheung CK (ed). Oxford handbook of clinical medicine. 7th edition. Oxford University Press. Oxford. 2008. hlm 540-541. (Longmore, et al., 2008)
d. Fauci AS (ed). Harrison’s Manual of Medicine. 17th edition. McGraw Hill Medical. USA. 2009. hlm 885-886. (Braunwald, et al., 2009)
e. Petri M, et al. derivation and validation of the Systemic Lupus International Collborating Clinics classification criteria for systemic lupus eritematosus. Arthritis and Rheumatism. 2012 Aug;64(8):2677-86. (Petri, et al., 2012)
No comments:
Post a Comment