Monday, February 27, 2023

Morbili

3. Morbili

No. ICPC-2 : A71 Measles.

No. ICD-10 : B05.9 Measles without complication (Measles NOS).

Tingkat Kemampuan 4A


Masalah Kesehatan

Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles. Nama lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas bernafas, batuk, atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis.

Salah satu strategi menekan mortalitas dan morbiditas penyakit morbili adalah dengan vaksinasi. Namun, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, ternyata cakupan imunisasi campak pada anak-anak usia di bawah 6 tahun di Indonesia masih relatif lebih rendah(72,8%) dibandingkan negara- negara lain di Asia Tenggara yang sudah mencapai 84%. Pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan tingkat insiden tertinggi ketiga di Asia Tenggara. World Health Organization melaporkan sebanyak 6300 kasus terkonfirmasi Morbili di Indonesia sepanjang tahun 2013.

Dengan demikian, hingga kini, morbili masih menjadi masalah kesehatan yang krusial di Indonesia. Peran dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sangat penting dalam mencegah, mendiagnosis, menatalaksana, dan menekan mortalitas morbili.

Hasil Anamnesis (Subjective)

a. Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas (pilek, batuk), dan konjungtivitis.

b. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan papula eritem, yang dimulai pada kepala  daerah  perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.

c. Masa inkubasi 10-15 hari.

d. Belum mendapat imunisasi campak


Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

a. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.

b. Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya eksantem.

c. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem, dimulai pada kepala pada daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki

d. Pada hari ketiga, lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan sesuai urutan muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau deskuamasi ringan. Eksantem hilang dalam 4- 6 hari.




Gambar 1.1 Morbili

 



Pemeriksaan Penunjang

Pada umumnya tidak diperlukan. Pada pemeriksaan sitologi dapat ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Pada kasus tertentu, mungkin diperlukan pemeriksaan serologi IgM anti-Rubella untuk mengkonfirmasi diagnosis.


Penegakan Diagnosis (Assessment)

a. Diagnosis umumnya dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

b. Diagnosis banding:

1) Erupsi obat

2) Eksantem virus yang lain (rubella, eksantem subitum),

3) Scarlet fever

4) Mononukleosis infeksiosa

5) Infeksi Mycoplasma pneumoniae

Komplikasi

Komplikasi lebih umum terjadi pada anak dengan gizi buruk, anak yang belum mendapat imunisasi, dan anak dengan imunodefisiensi dan leukemia. Komplikasi berupa otitis media, pneumonia, ensefalitis, trombositopenia. Pada anak HIV yang tidak diimunisasi, pneumonia yang fatal dapat terjadi tanpa munculnya lesi kulit.


Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

Penatalaksanaan

a. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti cairan yang hilang dari diare dan emesis.

b. Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan antipiretik. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.

c. Suplementasi vitamin A diberikan pada:

1) Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.

2) Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.

3) Usia di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.

4) Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia, dilanjutkan dosis ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu kemudian.


Konseling dan Edukasi

Edukasi keluarga dan pasien bahwa morbili merupakan  penyakit yang menular. Namun demikian, pada sebagian besar pasien infeksi dapat sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif. Edukasi pentingnya memperhatikan cairan yang hilang dari diare/emesis.

Untuk anggota keluarga/kontak yang rentan, dapat diberikan vaksin campak atau human immunoglobulin untuk pencegahan. Vaksin efektif bila diberikan dalam 3 hari terpapar dengan penderita. Imunoglobulin dapat diberikan pada individu dengan gangguan imun, bayi usia 6 bulan -1 tahun,  bayi  usia  kurang  dari  6  bulan yang lahir dari ibu tanpa imunitas campak, dan wanita hamil.


Kriteria Rujukan

Perawatan di rumah sakit untuk campak dengan komplikasi (superinfeksi bakteri, pneumonia, dehidrasi, croup, ensefalitis).

Peralatan

Tidak diperlukan peralatan khusus untuk menegakkan diagnosis morbili.

Prognosis

Prognosis  pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan penyakit self-limiting disease.


Referensi

a. Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5th Ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. (Djuanda, et al., 2007)

b. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada. 2000. (James, et al., 2000)

c. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan Medik. 2011. (Perhimpunan Dokter  Spesialis  Kulit dan Kelamin, 2011)


No comments:

Post a Comment

Manajemen Telusur

DOKUMEN TELUSUR POKOK Rencana Strategis ( Renstra )   >>>>>>>>>> View Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dan ...