Friday, March 10, 2023

LAPORAN PENDAHULUAN ABSES CEREBRI

 

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BANGSAL CENDANA 3 (C2) RUMAH SAKIT dr SARDJITO YOGYAKARTA

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENAN ABSES CEREBRI

 


 


ABSES CEREBRI

Abses otak adalah proses infeksi yang terjadi pada parenkim otak. Abses otak terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari focus yang berdekatan dengan atau yang menembus system vaskuler. Ini dapat terjadi melalui invasi otak langsung dari trauma intracranial atau pembedahan; melalui penyebaran infeksi dari daerah lain seperti sinus telinga dan gigi (infeksi sinus paranasal, otitis media, sepsis gigi, mastoiditis, atau infeksi pada wajah, kulit kepala atau tengkorak); atau melalui penyebaran infeksi dari organ lain (abses paru-paru, endokarditis infektif, bronkiektasis, empiema); dan dapat menjadi komplikasi yang berhubungan dengan beberapa bentuk meningitis.

Patofisiology

Infeksi dapat mencapai otak melalui jalan yang berbeda-beda. Pada otitis media, infeksi dapat meluas melalui kavum timpani atau melalui mastoid dan meningen, untuk kemudian mencapai jaringan otak. Infeksi meluas melalui vena-vena telinga dalam, menyebabkan trombosis vena. Trombosis menghambat sirkulasi serebral, sehingga terjadi iskemik dan infark yang mempercepat infeksi local. Setiap robekan pada dura akibat trauma merupakan sumber potensial untuk terjadinya infeksi pada otak.

Umumnya abses terletak dekat tempat masuknya infeksi. Tetapi abses yang terjadi akibat perkembangan aliran vena retrograde terletak pada jarak tertentu dari tempat primernya di sekitar sinus venosus. Penyebaran abses biasanya di sepanjang arteria serebri media. Pada awal penyakit ini, jaringan yang terkena menjadi edematosa dan terinfiltrasi oleh leukosit. Lambat laun, bagian luar menjadi menebal oleh kolagen pada dinding abses. Pada pusat abses terjadi nekrosis pencairan. Rongga-rongga abses dapat meluas melalui subtansial alba, menembus dinding ventrikel menuju meningen.

Manifestasi klinik

Manifestasi klinik dari abses otak diakibatkan oleh perubahan pada dinamika intracranial (edema, pergeseran otak), infeksi, atau lokasi abses. Sakit kepala biasanya memburuk pada pagi hari, adalah gejala paling lanjut pasien. Muntah juga umum terjadi. tanda neurologik fokal (kelemahan ekstremitas, penurunan penglihatan, kejang) dapat terjadi, bergantung pada tempat abses. Terdapat perubahan pada status mental pasien seperti perilaku letargik, peka atau disorientasi. Demam mungkin juga ada atau tidak.

 

Gejala-gejala fokal yang tampak pada abses otak

Lobus

Gejala

Frontalis

Mengantuk, kurang perhatian, penilaian terganggu, kecerdasan terganggu, kadang-kadang kejang

 

Temporalis

Tidak dapat menamakan benda, tidak dapat memba, menulis, atau mengerti kata-kata yang diucapkan, hemianopia

 

Parietalis

Persepsi posisi dan stereognostik terganggu, kejang fokal, hemianopia homonym, disfasia, akalkulia, agrafia

 

Serebelum

Nyeri kepala suboksipital, leher kaku, gangguan koordinasi, nistagmus, gangguan gaya berjalan, intention tremor

 

 

Diagnostic

Pengulangan pengkajian neurologik dan pengkajian pasien terus menerus penting untuk menentukan letak abses yang akurat., CT scan  dapat mengidentifikasi dan melokalisir abses utama dan abses-abses lebih kecil yang mengelilinginya. CT Scan sangat baik dalam menentukan letak abses, setelah evolusi dan resolusi lesi-lesi supuratif, dan dalam menentukan waktu yang optimal untuk dilaksanakan intervensi pembedahan. Pungsi lumbal biasanya dihindari jika dicurigai ada massa yang besar.

Penatalaksanaan

Sasaran penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan abses. Abses otak diobati dengan terapi antimikroba dan irisan pembedahan atau aspirasi. Pengobatan antimikroba diberikan untuk menghilangkan organisme sebagai penyebab dan menurunkan perkembangan virus. Dosis besar melalui intravena biasanya ditentukan praoperatif untuk menembus jaringan otak dan abses otak. Terapi diteruskan pada pasca operatif. Kortikosteroid dapat diberikan, untuk menolong menurunkan radang edema serebral jika pasien memperlihatkan, adanya peningkatan deficit neurologik.

Obat-obat antikonvulsan (fenitopin, fenobarbital) dapat diberikan sebagai profilaksis mencegah terjadinya kejang. Abses yang luas dapat diobati dengan terapi antimikroba yang tepat, dengan pemamtauan ketat melalui pengamatan dengan CT.

Setelah pengobatan abses otak, deficit neurologik dapat terjadi berupa hemiparesis, kejang, gangguan penglihatan dan kelumpuhan saraf cranial karena kemungkinan ada gangguan jaringan otak. Serangan ulang biasanya terjadi, dengan angka kematian yang tinggi

Masalah Keperawatan

Diagnosa yang sering muncul:

1.

No comments:

Post a Comment

Manajemen Telusur

DOKUMEN TELUSUR POKOK Rencana Strategis ( Renstra )   >>>>>>>>>> View Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dan ...