Friday, March 10, 2023

LAPORAN PENDAHULUAN APENDICITIS

 

 

LAPORAN PENDAHULUAN

 

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDICITIS

PRE DAN POST APPENDEXTOMI CITO

DI BANGSAL D RSUP DR SURADJI TIRTONEGORO KLATEN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

OLEH

Sri Sugesti Widianingsih

03/172573/EIK/00353

 

 

 

 

KULIAH PROFESI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2005


APENDICITIS

 

A.    Pengertian

Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm 94 inci), melekat pada sekum tepat di  bawah katup ileosekal.  Appendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. 

Appendikitis merupakan peradangan pada appendiks (umbai cacing).  Kira-kira 7% populasi akan mengalami appendikitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka.  Pria lebih cenderung terkena appendiksitis dibanding wanita.  Appendiksitis lebih sering menyerang pada usia 10 sampai 30 tahun.

Appendiksitis perforasi adalah merupakan komplikasi utama dari appendiks, dimana appendiks telah pecah sehingga isis appendiks keluar menuju rongga peinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses.

Appendiktomi adalah pengangkatan terhadap appendiks terimplamasi dengan prosedur atau pendekatan endoskopi.

 

B.    Etiologi

-       Penyebab belum pasti

-       Faktor yang berpengaruh:

§     Obstruksi: hiperplasi kelenjar getah bening (60%), fecalit (massa keras dari feses) 35%, corpus alienum (4%), striktur lumen (1%).

§     Infeksi: E. Coli dan steptococcus.

§     Tumor

C.    Patognesis

Apa 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya appendiks:

1.     Adanya isis lumen

2.     Derajat sumbatan yang terus menerus

3.     Sekresi mukus yang terus menerus

4.     Sifat inelastis/tak lentur dari mukosa appendiks

Produksi mucin 1-2 ml/hari.  Kapasitas appendiks 3-5 cc/hari.  Jadi nyeri McBurney akan muncul setelah terjadi sumbatan ± 2 hari.

D.    Patofisiologi





Apendiks terimplamasi dan mengalami edema sebagai akibat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing.  Proses implamasi meningkatkan tekanan intraluminal menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progesif dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya appendiks yang terimplamasi berisi pus.

Appendiksitis akut setelah 24 jam dapat menjadi:

1.     Sembuh

2.     Kronik

3.     Perforasi

4.     Infiltrat → abses

 

E.    Manifestasi Klinik

1.     Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disrtai dengan demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.

2.     Nyeri tekan local pada tititk McBurney bila dilakukan tekanan.

3.     Nyeri tekan lepas dijumpai

4.     Terdapat konstipasi atau diare

5.     Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar dibelakang sekum

6.     Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal

7.     Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.

8.     Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung pelvis

9.     Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.

10.  Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat ileus paralitik.

11.  Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.  Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur appendiks.

 

F. Pemeriksaan Diagnosis

1.     Anamnesa

a.     Nyeri (mula-mula di daerah epigastrum, kemudian menjalar ke titik McBurney).

b.     Muntah (rangsang visceral)

c.     Panas (infeksi akut)

2.     Pemeriksaan fisik

a.     Status generalis

-       Tampak kesakitan

-       Demam (≥37,7 oC)

-       Perbedaan suhu rektal > ½  oC

-       Fleksi ringan art coxae dextra

b.     Status lokalis

c.     Defenmuskuler (+) → m. Rectus abdominis

d.     Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri.

e.     Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar app yang juga meradang.

f.      Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis.

g.     Peritonitis umum (perforasi)

Ø  Nyeri diseluruh abdomen

Ø  Pekak hati hilang

Ø  Bising usus hilang.

h.     Rectal touché: nyeri tekan pada jam 9-12

Alvarado score:

Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendiksitis akut atau bukan, meliputi 3 simtom, 3 sign dan 2 laboratorium:

a.     Appendiksitis pain                                                2 point

b.     Lekositosis (>10 ribu)                                          2 point

c.     Vomitus                                                                1 point

d.     Anoreksia                                                              1 point

e.     Erbound Tendenees Fenomen                              1 point

f.      Degre of celsius (>37OC)                                     1 point

g.     Observation of hemogram (segmen> 72%)          1 point

h.     Abdominal migrate pain                                       1 point

Total point                                                   10

3.     pemeriksaan penunjang

a.     laboratorium

o   Hb normal

o   Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis, >10,000/mm3)

o   Hitung jenis: segmen lebih banyak

o   LED meningkat (pada appendicitis infiltrate)

b.     Rongent: appendicogram

Hasil positif berupa:

o   Non-filling

o   Partial filling

o   Mouse tail

o   Cut off

Rongent abdomen tidak menolong kecuali telah terjadi peritonitis.

 

G.    Diagnosa Banding

1.     Kehamilan ektopuk terganggu

2.     Salphingitis akut (adneksitis)

3.     Divertikel Mackeli

4.     Batu ureter

5.     Enteritis regional, gastroenteritis

6.     Batu empedu

 

7.     Pankreatitis

8.     Cystitis

9.     infeksi panggul

10.  Torsi kista ovari

11.  Endometriosisi

 

 

H.   Penatalaksanaan

1.     Appendiktomi cito (app akut, abses dan perforasi)

2.     Appendiktomi elektif (app kronik)

3.     Konservatif kemudian operasi elektif (app infiltrate)

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegagkan.  Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.  Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan.  Appendiktomi dilakukan segera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi.  Appendiktomi dapat dilakukan dengan spinal anastesi atau anestesi umum dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi.

 

 

I.      Kompilkasi

Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insidensi perforasi 10-32%.  Perforasi terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.  Gejala mencakup demam dengan suhu 37,7OC atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.

 

J.     Persiapan preoperative

Infuse intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang hilang.  Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu.  Terapi antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi.  Bila ada kemungkinan atau terbukti ileus paralitik, selang nasogastrik dapat dipasang.  Enema tidak diberikan karena dapat menimbulkan perforasi.

 

K.   Penanganan posoperatif

Tempatkan pasien pada posisi semifouler karena dapat mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri.  Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri.  Cairan per-oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi.  Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena.  Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7.  aktifitas normal dapat dilakukan dalam 2-4 minggu.

 

L.    Diagnosa keperawatan utama mencakup antara lain:

Preoperatif:

§     Kurang pengetahuan tentang apendicitis dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi

§     Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri  (proses penyakit)

Pasca operatif:

§     Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri  (insisi pembedahan pada apendiktomi)

§     Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri

§     Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan

§     Pk: perdarahan

 

M. perencanaan

Preoperasi

1.   Diagnosa keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d Kurang paparan sumber informasi

 

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Pengetahuan tentang penyakit, setelah diberikan penjelasan selama 2 x ps mengerti proses penyakitnya dan Program perawatan serta Therapi yg diberikan dg:

Indikator:

Ps mampu:

   Menjelaskan kembali tentang proses penyakit, mengenal kebutuhan perawatan dan pengobatan tanpa cemas

NIC: Pengetahuan penyakit

Aktifitas:

1. Jelaskan tentang penyakit apendiksitis

 

2. Jelaskan tentang program pengobatan dan tindakan operasi yang akan dilakukan

 

3. Jelaskan tindakan untuk mencegah komplikasi

 

4. Tanyakan kembali pengetahuan ps tentang penyakit, prosedur prwtn dan pengobatan

 

 

 

1.     Meningkatan pengetahuan dan mengurangi cemas

 

2.     Mempermudah intervensi

 

 

 

3.     Mencegah keparahan penyakit

 

4.     Mereviw

 

2.   Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri kimia (proses penyakit, diskontinuitas jaringan)

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg:

Indikator:

Ø Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

 

Ø Ps menyatakan nyeri berkurang

 

Ø Ps mampu istirahan/tidur

 

Ø Menggunakan tekhnik non farmakologi

NIC: Manajement nyeri

Aktifitas:

1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

 

2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

 

3. Fasilitasi linkungan nyaman

4. Berikan obat anti sakit

 

 

5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

 

6. Berikan massage di punggung

 

 

 

7. Tekan dada saat latihan batuk

 

 

 

 

1.  untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan  dari therapi yang diberikan

 

2.  Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan

 

3.  Meningkatkan kenyamanan

4.  Mengurangi nyeri  dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri

5.  Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks

 

6.  Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping

 

7.  Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman

Post operasi

3.  Dx. Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri  (insisi pembedahan pada apendiktomi)

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Kontrol nyeri, setelah dilkukan perawatan selama 3x24 jam nyeri ps berkurang dg:

Indikator:

Ø Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri

 

Ø Ps menyatakan nyeri berkurang

 

Ø Ps mampu istirahan/tidur

 

Ø Menggunakan tekhnik non farmakologi

NIC: Manajement nyeri

Aktifitas:

1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri

2. Amati isyarat non verbal tentang kegelisaan

 

3. Fasilitasi linkungan nyaman

4. Berikan obat anti sakit

 

 

5. Bantu pasien menemukan posisi nyaman

 

6. Berikan massage di punggung

 

 

 

7. Tekan dada saat latihan batuk

 

 

 

 

1.   untuk menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifan  dari therapi yang diberikan

2.   Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamnan

3.   Meningkatkan kenyamanan

4.   Mengurangi nyeri  dan memungkinkan pasien untuk mobilisasi tampa nyeri

5.   Peninggin lengan menyebabkan pasie rileks

 

6.   Meningkatkan relaksasi dan membantu untuk menfokuskan perhatian shg dapat meningkatkan sumber coping

 

7.   Memudahkan partisipasi pada aktifitas tampa timbul rasa tidak nyaman

 

4.   Diagnosa keperawatan: deficite self care b.d nyeri

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Perawatan diri : (mandi, berpakaian), setelah diberi motivasi perawatan selama 2x24  jam, ps mampu melakukan mandi dan berpakaian sendiri dg:

Indikator:

Ø  Tubuh bebas dari bau dan menjaga keutuhan kulit

Ø  Menjelaskan cara mandi dan berpakaian secara aman

NIC: Membantu perawatan diri pasien

Aktifitas:

1.   Tempatkan alat-alat mandi disamping TT ps

2.   Libatkan keluarga dan ps

3.   Berikan bantuan selama ps masih mampu mengerjakan sendiri

 

NIC: ADL berpakaian

Aktifitas:

1.   Informasikan pd ps dlm memilih pakaian selama perawatan

2.   Sediakan pakaian di tempat yg mudah dijangkau

3.   Bantu berpakaian yg sesuai

4.   Jaga privcy ps

5.   Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai

 

 

 

1.      Mempermudah jangkauan

 

2.      Melatih kemandirian

3.      Meningkatkan kepercayaan

 

 

 

 

 

 

1.    Memudahkan intervensi

 

2.    Melatih kemandirian

 

3.    Menghindari nyeri bertambah

4.    Memberikan kenyamanan

5.    Memberikan kepercayaan diri ps

 

5.  Diagnosa keperawatan: Risiko infeksi bd tindakan invasif, insisi post pembedahan

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Kontrol infeksi dan kontrol resiko, setelah diberikan perawatan selama 3x24 jam tidak terjadi infeksi sekunder dg:

Indikator:

Ø  Bebas dari tanda-tanda infeksi

Ø  Angka leukosit normal

Ø  Ps mengatakan tahu tentang tanda-tanda infeksi

NIC: Perawatan payudara/ luka

Aktifitas:

1. Amati luka dari tanda2 infeksi

2. Lakukan perawatan payudara dengan tehnik aseptic dan gunakan kassa steril untuk merawat dan menutup luka

3. Anjurkan pada ps utnuk melaporkan dan mengenali tanda-tanda infeksi

4. Kelola th/ sesuai program

 

NIC: Kontrol infeksi

Aktifitas:

1.Batasi pengunjung

2.Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat ps

3.Tingkatkan masukan gizi yang cukup

4.Anjurkan istirahat cukup

5.Pastikan penanganan aseptic daerah IV

6.Berikan PEN-KES tentang risk infeksi

 

 

 

1.   Penanda proses infeksi

2.   Menghindari infeksi

 

 

 

3.   Mencegah infeksi

 

 

4.   Mempercepat penyembuhan

 

 

 

 

 

1.   Mencegah infeksi sekunder

2.   Mencegah INOS

 

3.   Meningkatkan daya tahan tubuh

 

4.   Membantu relaksasi dan membantu proteksi infeksi

5.   Mencegah tjdnya infeksi

6.   Meningkatkan pengetahuan ps

 

 

 

6.   Dx. keperawatan: PK: Perdarahan

 

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Perdarahan berhenti, setelah dilakukan perawatan selama 4x24 jam perawat mampu menghentikan perdarahan dg Indikataor:

Ø Luka sembuh kering, bebas  pus, tidak meluas.

Ø HB tidak kurang dari 10 gr %

 

NIC: Pencegahan sirkulasi

Aktifitas:

1. Lakukan penilaian menyeluruh tentang sirkulasi; cek nadi, edema, pengisian kapiler, dan perdarahan di saat merawat mamae

 

2. Lakukan perawatan luka dengan hati-hati dengan menekan daerah luka dengan kassa steril dan tutuplah dengan tehnik aseptic basah-basah

 

3. Kelola th/sesuai order

 

 

 

 

1. Penanda gangguan sirkulasi darah dan antisipasi kekurangan HB

 

 

 

2. Menghentikan perdarahan dan menghindari perluasan luka

 

 

 

 

3. Diberikan secara profilaksis atau untuk menghentikn perdarahan

 

 

 

7.   Dx. gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai

 

NOC dan indikator

NIC dan aktifitas

Rasional

NOC: Tidur, istirahat, sehat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan tidurnya

dg Indikataor:

Ø Jumlah jam tidur cukup

Ø Pola tidur normal

Ø Kualitas tidur cukup

Ø Tidak sering terbangun

Ø Merasa segar setelah bangun tidur

Ø Bangun pada waktu yang direncanakan

Ø TTV dalam batas normal

Skala:

1.      sangat bermasalah

2.      bermasalah

3.      sedang

4.      sedikit bermasalah

5.      tidak bermasalah

 

NIC:

1. Peningkatan tidur

·   Kaji aktifitas pola tidur klien

·   Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit, terapi.

·   Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang menggangu tidur

·   Tambah jam tidur bila perlu

·   Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur.

2. manajemen lingkungan

·   batasi pengunjung

·   jaga lingkungan dari bising

·   tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur

3. mengurangi cemas

·   tentukan tingkat kecemasan

 

 

·   latihan relaksasi

 

 

 

·    pola tidur yang biasanya secara individu, dapat dikumpulkan melalui pengkajian yg komprehensif dan holistic, dibutuhkan untuk menentukan penyebab gangguan

 

 

 

 

·    suara yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur

 

 

 

 

 

·    kecemasan dan depresi biasanya terjadi pada orang tua dan dapat menyebabkan imsomnia.

·    Relaksasi dapat membantu klien mengurangi kecemasan


N. DAFTAR PUSTAKA

 

 

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.

 

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

 

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

 

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian  perawatan  Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

 

Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP dr.Sardjito, yogyakarta.

 

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

 

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

 

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

 

Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.


 

No comments:

Post a Comment

Manajemen Telusur

DOKUMEN TELUSUR POKOK Rencana Strategis ( Renstra )   >>>>>>>>>> View Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) dan ...